Tuesday, August 2, 2011

Marhaban ya Ramadhan....



Tak terasa, saat yang paling dinantikan oleh semua umat muslim di dunia telah tiba. Segala bentuk puji syukur dilantunkan oleh seluruh orang muslim tak terkecuali dia. Tak ada yang berbeda dengan Ramadhan tahun lalu. Dia masih tetap disini menikmati hidup tanpa kehadiran mereka, keluarga yang sangat dirindukan. Saat-saat seperti ini memang saat yang sangat memilukan, moment istimewa tanpa kehadiran orang-orang tercinta. Tak dapat dipungkiri, dia merasa termasuk dalam golongan orang-orang kuat (tapi bukan besi Lho... *_^). Selayaknya Bang Toyib yang tiga kali puasa dan tiga kali lebaran tak pulang-pulang, sekarang dia mengalaminya. Yogyakarta Hadiningrat, disinilah dia menjalani hidupnya. Tanggal 10 juni kemarin genaplah tiga tahun dia tak pulang.
Boleh dikata, hidupnya memang miris. Tak ada selembarpun foto orang tuanya ataupun keluarga yang dia miliki. Keinginan untuk menatap wajah keduanya adalah hal yang paling dia inginkan di tahun ini. Tapi sampai saat ini keinginan itu belum juga terwujudkan. Kurang lebih tiga tahun sudah dia tidak pernah menatap wajah-wajah tegar dan sabar itu. Liburan semester ini bukan berarti dia bisa berleha-leha sambil menikmati liburan yang telah dia rencankan untuk pulang tahun ini, tapi semua rencana yang telah disusun matang sejak akhir tahun kemarin sia-sia. Dia harus berusaha keras untuk memperjuangkan masa depannya disekolah. Praktek Pengajaran Lapangan, atau yang lebih sering dikenal dengan PPL menjadi tugas penting dalam liburan ini. SMP N. 11 Yogyakarta, disanalah dia dan beberapa teman dari FKIP Ahmad Dahlan University mengadu kreatifitas untuk memberikan yang terbaik buat sekolah dan buat mereka sendiri.
Kembali ke persoalan….
Terkadang hidup tak bisa selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita ingnkan. Pahit manis kehidupan pasti pernah dicicipi oleh semua orang. Inilah kepahitan yang dialaminya saat ini. Rasa rindu yang tak terbendung tapi sampai saat ini belum juga terluapkan. Sambil menunggu  seseorang di dekat jalan, dia duduk dan menatap aliran air bendungan yang mengalir deras menuju komplek persawahan sekitar. Hal itu  mengingtkan dia pada suatu tempat yang menjadi kenangannya semasa kecil dulu. Aliran air yang sangat deras. Cuma bedanya bendungan itu airnya sangat kotor. Tempat itu merupakan salah satu tempat yang bersejarah dalam hidupnya, tapi tak ingin Ia ceritakan padaku. Panas terik matahari ditengah puasanya tak membuyarkan semangatnya untuk tetap berjalan dan menyusuri kehidupan. Sungguh sebuah perjuangan yang sangat dahsyat untuk wanita seusia dirinya. 
Ramadhan  benar-banar bulan istimewa dan penuh berkah. Walau saat ini dia tak bisa melanjutkan keinginannya untuk segera mentap langsung kedua wajah tegar nan sabar itu, tapi dia tetap cukup senang karena dia percaya, sejauh apapun jaraknya dari mereka, selama apapun dia tak memandang wajah-wajah tegar mereka, dia tetap percaya jauh diasana wajah-wajah tegar itu selalu pasti mendo’akannya dan berharap agar dia juga cepat pulang. Itulah kata-kata yang selama ini menjadi penguat dalam hidupnya.
Mari bersama sambut Ramadhan dengan penuh suka cita dan kebahagiaan. Sucikan hati dalam menjalani bulan penuh berkah ini. Tamu istimewa memang harus selalu disambut dengan kegembiraan dan keberkahan. Semoga Ramadhan tahun ini lebih baik dari ramadhan sebelumnya. Semoga seluruh umat muslim mendapatkan keberkahan di bulan penuh rahmat ini. 
Amiiieeennn…:):):)