Thursday, March 31, 2011

Welcome to Yogyakarta





6 juni 2008, seminngu sebelum ulang tahunku yang ke 18. Tidak terasa aku sudah tamat SMA dan akan melanjutkan studiku ke perguruan tinggi. Terlebih lagi aku bisa sekolah di Jogja, sebuah kota budaya sekaligus kota pendidikan. Aku sama sekali tidak menduga bisa sekolah sejauh ini dari keluargaku yang notabene tak ada yang sekolah sejauh  ini sebelumnya. Jika menerawang ke dalam situasi ekonomi keluargaku, rasanya sangat mustahil aku bisa berada disini. Menjalani hidup sebagai perantau sejak umur 13 tahun bukanlah hal yang mudah, apalagi untuk seorang wanita seperti aku. Tapi sekarang aku sadar dan aku yakin, orang  tuaku membiarkanku seperti ini karena mereka yakin aku bisa lebih mendiri dari yang mereka duga.

Perjalanan hidupku memang terlihat baik-baik saja dari luarnya, karena memang tak ada yang tau tentang kerinduanku yang telah lama terpendam. Entah sampai kapan rasa rindu ini akan tetap berada dalam tempatnya, karena memang smpai saat ini belum bisa aku luapkan. Sangat sakit rasanya jika kalian berada dalam posisiku, menahan rindu selama bertahun-tahun. Walaupun aku tidak pernah bilang kalau aku merindukan keluaraga dan teman-temanku, walaupun aku salalu tak ingin membahas masalah pulang kampung alias mudik, walaupun aku selalu cuek dan tak peduli tentang rasa rindu, tapi jauh dalam hatiku yang tak pernah diketahu orang lain, aku selalu merindukan mereka dalam setiap hembusan dan kedipan mataku. Orang tuaku, yang telah banyak berjasa dalam kehidupanku, Inspirasi terbesarku. Semoga DIA  Yang Diatas sana selalu melimpahkan rejeki dan kasih sayang yang berlimpah kepada mereka. Amiieeenn......

Jika mengingat kehidupanku sekarang, aku sering kali teringat perjalananku menuju kota pendidikan ini. Awal bulan juni menjadi peristiwa kepergianku meninggalkan almamaterku, SMA Muhammadiyah Obi. Sebuah perjalanan yang sangat menyenangkan dan penuh hal baru. Diawali dengan manggunakan KM. Sinabung. Saya, Fina dan pamannya Fina (dipanggil Onco Ilham) mengawali perjalanan kami meninggalkan kota ternate sebagai penumpang ekonomi, penumpang kelas paling bawah. Seperti para penumpang ekonomi lainnya yang kebetulan tak bernasib baik, kami tak medapat tempat tidur. Akhirnya berdasarkan keputusan bersama kami hanya duduk di dekat tempat tidur orang yang bernasib baik karena mendapat tempat tidur. Kami menikmati keadaan kami sampai kurang lebih 8 jam, untuk menunngu kapalnya brsandar di pelabuhan selanjutnya, Manado.

Ternyata semua tak berjalan lancar, ada saja hal-hal yang membuat kami kaget. Terlebih lagi kami tak boleh tidur karena takut barang-barang kami kecurian. Perlu kalian ketahui, jika kalian menjadi penumpang ekonomi, kalian harus benar-benar menjaga dengan baik barang bawaan kalian. Karena di kapal, terutama di kelas ekonomi sangat rawan terjadi pencurian.

Ketika tak lama aku dan Fina duduk santai bersama seorang bapak tua yang kebetulan bernasib sama dengan kami, tiba-tiba kami dikagetkan dengan sebuah tragedi kejar-kejaran. Ternyata baru saja terjadi pencurian dan malingnya dikejar sampai di depan mataku. Aku dan Fina langsung kaget dan reflek langsung memegang sendal kami masing-masing karena takut ada yang berkelahi. Itu terlihat sangat konyol karena kami langsung mau ikut lari, tapi hanya dengan membawa sendal saja, sementara barang bawaan kami yang jauh lebih penting kami tinggalkan. Entah karena takut atau karena apa? Karena sebelumnya juga ada bapak-bapak yang sepertinya penumpang dari Papua yang munkin agak stress mencaci maki seseorang yang tidak aku ketahui.

“Sa banting ko, sa isi ko dalam karung” ucapnya dengan logat Irian yang sangat kental sambil mengunyah siri+pingngnya. Uacapannya itu diulang-ulang terus sampe aku jadi hafal. Hehehe,,,,

Banyak sekali kejadian-kejadian menarik dan lucu yang terjadi di dalam kapal itu. Aku juga pernah salah jalan pas lagi jalan-jalan ke dek atas untuk melihat-lihat lautan. Karena semua sudut kapalnya sama, aku dan Fina jadi salah jalan pas kembali ke tempat tidur kami. Untung saja ada Onco Ilham yang mengejar kami dan memberi kode agar kami kembali. Hmmm,,, ternyata kami kebablasan.. perlu kalian tahu, kalian harus benar-benar mengingat dan mengetahui tempat tidur kalian agar tidak salah jalan. Tapi kalau kalian tidak mampu mengingatnya, sebaiknya kalian tidak usah kemana-mana, agar kalian tidak tersesat.

Ada juga seorang ibu-ibu, yang Alhamdilillah sudah haji, tapi masih lumayan muda, lucu juga sih. Pas nyampe di Bitung (Manado), Alhamdulillah kami dapat tempat tidur. Tapi beliau minta tukeran tempat berkali-kali dengan kami. Pertama, pas kami di bawah AC, beliau di depan ruang Informasi dek 4. Beliau minta tuker tempat karena depan ruang informasi tidak pernah tenang, selalu saja ada masalah sehingga beliau tidak bisa beristirahat dengan nyaman. Akhirnya kami tuker tempat. Ternyata beliau juga merasa kedinginan berada dibawah AC dan kembali meminta agar kita bisa tuker tempat. Beliau kembali menempati tempat tidur di depan ruang informasi. Ternyata keadaan semakin tidak aman saja. Selalu saja ada masalah dan keributan sehingga beliau kembali merasa terganggu, maka untuk kesekian kalinya beliau meminta tukeran tempat dengan kami. Sebagai anak-anak ya kami terima saja,, menghargai dan menghormati orang tua, lagian beliau juga dari maluku utara, jadi kami ikut aja.. akhirnya beliau menempati tempat tidur dibawah AC sedangkan kami menetap di depan rung informasi. beliau juga ternyata pilih-pilih makanan, khususnya ikan. Beliau pernah bilang seperti ini, “hi,,, saya ni kalo makan ikan saya paleng suka, tapi saya kalo ikan yang dia pe muka tra bagus saya tra mau makan dia, biar dia enak lagi”. Kata beliau dengan muka yang sangat anti terhadap ikan berwajah menyeramkan. Kasian sekali ikan pogo-pogo ya..,, wajahnya kan sangat tidak karuan. Hehehe..... Tapi sayang sekali, saya lupa nama ibu itu.

Sampai di Jakarta..

Weiiicchhh,,,,, Ibu Kota coyy,,,, akhirnya aku bisa menapakkan kakiku di Ibu Kota Indonesia, Jakarta. Kapal bersandar di Tanjung Periuk, pelabuhan Jakarta. Ternyata kita sudah siap dijemput, dan menuju Tangeran dan tinggal bersama orang Obi juga, tapi kebetulan dah nikah dan menetap disana, sebut saja namanya Bang Don. Rumahnya tidak terlalu luas, tapi Alhamdulillah sangat menyenangkan. Ternyata rumahnya dari peabuhan tidak dekat, sangat jauh, panas, dan macet. Perjalanan yang sangat melelahkan. Tapi kami hanya nginap semalam di Jakarta, tidak sempat jalan-jalan dan tidak sempat kemana-mana. Keesokan harinya, kami melanjutka perjalanan menuju Jogja, kota tujuan kami.

Perjalanan kami tak kalah heboh. Kami bertiga ditambah dengan kak Rony yang ternyata adalah kakak dari sahabat karibku, Rusmin. Pantesan saja waktu melihat kak Rony, aku jadi teringat pada seseorang yang tak asing bagiku. Ternyata benar dugaanku, tak salah lagi, beliau adalah kakaknya Rusmin. Melanjutkan perjalan kami ke jogja dengan manggunakan Kereta Api. Hmm,, ketahuilah bahwa aku belum pernah melihat kereta api sebelumya. Udik banget ya aku..? ternyata belum selesai, kami harus naik Busway dulu, turun di halte, dan naik Bajai menuju Stasiun. Kalian tentu tahu, bajai itu seperti apa? Kecil dan sempit. Bayangkan saja, kami berempat, ditambah lagi dengan koper dan barang-barang kami yang lumayan banyak. Keadaan menjadi sangat tidak karuan dan sempit sekali. Ditambah lagi dengan sendalnya Fina yang tak sengaja keinjak Kak Rony dan putus di dalam Bajai. Agak memalukan siihh, tapi lucu. Hehehe,,,,,,,,,,,

Ketika berada dalam stasiun dan menunggu tiket, aku dan Fina mendengar suara-suara berisik yang serasa berada di atas kepala kami. Aku dan Fina hanya menduga dan penuh rasa keyakinan.
”ah,, itu suara pesawat Fin” kataku dengan PD-nya.
“tapi kan ini stasiun Mir, koq ada pesawat?” Fina balik nanya.
“munkin saja di dekat sini ada bandara”. Aku hanya menebak tanpa ada alasan.

 Kebetulan juga kami tidak melihat adanya kereta api di sekitar stasiun? Pertanyaan yang sama muncul dalam pikiran kami secara berjamaah. Ternyata dugaan dan keyakinan kami tadi salah semua. Tidak ada pesawat, dan tidak ada bandara. Kami Cuma orang udik yang baru menginjakan kaki di kota besar dan stasiun Gambir ini, dan kemudian menduga hal-hal semau kami tanpa tau apa-apa. Setelah selesai membeli tiket, kami di ajak naik ke lantai 3. Disanalah keyakinan abal-abal kami terjawab. Yang tadi berisik seperti pesawat itu tak lain adalah suara lintasan kereta api, dan rel kereta api yang tadinya kami cari dibawah, ternyata ada di atas sini. Wheheehehee......

Kota besar, naik ke lantai atas pasti pake escalator donk... Kebetulan aku belum pernah naik escalator sebelumnya. Berasa ngeri aja kalo harus naik escalator. Tapi aku mersa tenang juga, soalnya masih ada tangga mati yang bisa aku lewati. Tapi ketika aku hendak menuju tangga, aku diberi kode oleh Kak Rony agar mengikuti jejak langkahnya naik escalator saja. Nervous campur takut beradu dan bercampur menjadi satu. Aku dengan terpaksa mengikuti jejak mereka, naik escalator. Itulah pertama kalinya aku menginjak escalator. Bayangkan saja betapa udiknya aku dan Fina waktu itu.....

Setelah menunggu sekitar 1,5 jam, kereta Taksaka yang kami tunggu kahirnya datang juga. Kami mencari tempat duduk kami dan beristirahat. Tarnyata suasana dalam kereta kelas Eksekutif memang sangat menyenangkan. Ada pramugarinya juga lho ternyata. Kejadian di dalam kereta juga tak dapat ku lupakan. Selang beberapa menit, kereta melaju kencang menyusuri rel yang lurus dan kadang berbelok-belok. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang sangat rapi menghampiri para penumpang, tidak terkecuali aku dan Fina. Beliau membagikan roti dalam bentuk kotak makanan. Aku dan Fina sontak menolak tanpa ampun makanan itu. Hal itu sudah diwanti-wanti ma Fina sebelum masuk stasiun. “jangan sekalipun mengambil makanan yang ditawarkan di dalam kereta” kata Fina mengingatkanku. Aku sih manggut-manggut saja untuk menunjukan expresi kalo aku setuju. Waktu itu pikiran kami kembali ke K.M. Sinabung. Ada seorang Ibu yang menceritakan pengalamannya di dalam kereta. Waktu itu beliau di tawarkan makanan, dan beliau menerimanya, tapi kemudian beliau ditagih oleh orang yang menawarkan makanan tadi .

(Kembali ke kereta Taksaka) Aku dan Fina pun menolak dengan tegas pemberian kotak makanan dari mas yang rapi tadi karena mengira nanti akan di tagih duit. Tapi mas yang cakep itu tidak pergi. Seharusnya mas itu seneng donk,,, ada penumpang yang gak mau nerima jatah makannya. Untung bukan aku yang jadi mas yang rapi itu. Coba aja kalo aku, pasti aku bakalan seneng bangett. Asshheiiiikkk,,, dapat jatah dobel. Hehehe.......

Mas yang rapi itu masih saja menyodorkan kotak berisi makanan itu ke wajah kami, tapi kami masih saja menolak. “udah mas, gak usah, tadi dah makan koq”. Jelasku kepada pria itu dengan harapan agar beliau segera beranjak pergi. Tapi yang dikasih alasan malah langsung mengeluarkan jurus ampuhnya yang sudah pasti memuatku dan Fina tak dapat berkicau lagi. “Ambil aja mba,,, ini gratis koq”. Gubrakksss....... Gratisss Cintt.... kenapa dari tadi gak bilang, jadi aku tak perlu membuat malu dengan pura-pura menolak. Hari gini kan yang gratissan udah jarang bangett,, jadi ya istilahnya Pantang menolak gratissan... whehehehee...................

Kemudian ada lagi yang gak kalah heboh. Selimut. Karena kebetulan kami penumpang malam, jadi kami diberi selimut. Masih dengan sikap yang sama, tapi dengan orang yang berbeda. Seseorang datang menghampiri setiap penumpang dan membagikan selimut. Entahlah,, apakah kami yang terlalu udik, atau emang dodol.. untuk yang kedua kalinya, kami menunjukan sikap menolak. Tapi kali ini tidak dengan suara. Aku kemudian menatap Fina, tapi Fina malah balik melihatku dengan wajah penuh pertanyaan. Kalo kaya di tipi-tipi itu, aku hanya melihat beribu tanda tanya yang menggantung dikepalanya. Akhirnya kami ditegur sama Onco (red paman) Ilham, untuk menerima selimut tersebut. Ok, aku dan Fina pun menerimanya. Pikiran kami masih tetap sama, Gratisss... ahh,, lumayan selimutnya buat nanti di kost. Ternyata oh ternyata,, pas waktu subuh dan keretanya hampir sampai di Jogja, selimutnya malah ditagih. Padahal suasanya Jogja subuh itu dingin bangeett... hmmm,,, nasipp,, nasipp,,,,,

Tapi aku tetap mensyukurinya,, lumayan lah,, buat pengalaman. Siapa tau kapan-kapan bisa kembali nmenikmati enaknya naik kereta kelas Eksekutif lagi.. mohon do’anya ya,,, agar salah satu dari banyaknya keinginan saya ini bisa terkabul. Amiieeenn..... hehehe,,,,,

Oh iya,, bagi pihak-pihak terkait yang kebetulan tokohnya ada dalam cerita ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya ya,,, jika ada yang tidak sesuai,, tapi kurasa semuanya sesuai.... Terimakasiihh.....  

Kau yang Disana




Kini tiada lagi sosokmu
Kini tiada lagi candamu
Kini tiada lagi senyumanmu
Kini tiada lagi perhatianmu

Semua hilang tak bersisa
Semua lenyap tanpa bekas
Ku rindukan sosokmu dalam setiap kedipan mataku
Ku nantikan selalu hadirmu dalam setiap helaan nafasku

Kenapa harus hitam,, jika putih itu lebih baik
Kenapa harus ada pertemuan,, jika perpisahan itu ada
Kenapa begitu cepat kau pergi
Kenapa......

Aku tak bisa lagi menahan rasa yang tak dapat kutahan sendiri
Aku tak bisa lagi membendung rasa yang telah lama terpendam
Aku terlalu merindukan hadirmu
Yang tak pernah lagi kembali

Percayalah


Andai berlian bisa membayar  bongkahan kasih sayangmu
Akan kucarikan dan kupersembahkan hanya untukmu
Andai emas bisa membayar setiap tetesan keringatmu selama menjagaku
Akan kuusahakan dapatkan yang terbaik untukmu

Ku hanya tak tau bagaimana caranya membalas semua budimu
Ku hanya tak menemukan cara mambayar setiap tetesan air matamu
Ku hanya terlalu merindukanmu
Ingin rasanya aku cepat pulang
Dan membawa segenggam do’a yang tulus untukmu

Jika saat ini aku belum bisa menjagamu
Tapi aku selalu meminta DIA untuk selalu melindungimu
Percayalah